Selasa, 23 November 2021

Field Trip Keluarga Besar SMKN 2 Pangkalpinang

Pada hari Selasa, 23 November 2021 keluarga besar SMKN 2 Pangkalpinang mengadakan lawatan budaya (field trip)sekaligus family gathering ke Belinyu. 
Ada 9 bus dan beberapa mobil pribadi yang akan membawa seluruh rombongan menuju kota kecil yang ikonik di daerah utara Pulau Bangka. 
Saya berada di bus no 5 dengan pasutri Guntur, keluarga Pasutri Pak Nuzul dan Bu Dwi , Bu Rita dan cucunya, Pak Sigit, Ayuk Ellie, Evi, Yiyin , Yuk Hema dan suami, Bang Riski dan Bang Irwan sebagai penanggung jawab rombongan, dan Bu Andalusia guru PAI, serta Bu Siti Aminah. 
Sebelum berangkat sie konsumsi membagikan sarapan nasi uduk kepada kami semua. 
Tepat pukul 7.18 dalam cuaca cerah kami berangkat menuju Belinyu. Tidak lupa kami berdoa mohon perlindungan Tuhan selama perjalanan tsb. 
Setelah 2,5 jam perjalanan, kami sampai di Benteng Kutao Panji pukul 10. Kami sempat muter- muter kota Belinyu karena belum ada yang pernah ke sana. 
Benteng ini dibangun oleh Sultan Palembang pada tahun 1776,dan tidak pernah selesai dibangun. Oleh pemerintah, benteng ini menjadi benda cagar budaya.Di dekat benteng ini, dibangun pula sebuah kelenteng pada abad 18.
Selesai menelusuri benteng bersejarah ini, kami melanjutkan perjalanan ke Pantai Penyusuk yang berjarak 22 km dan bisa ditempuh dalam waktu 37 menit. 

Tapi kami mampir dulu mengunjungi Pakakliang yang tidak jauh letaknya. Banyak yang memberi makan bermacam ikan di kolam yang luas. 
Selanjutnya, di tengah hujan yang mengguyur, kami meneruskan perjalanan ke Pantai Penyusuk. 
Sekitar jam 12.30 seluruh rombongan tiba di pantai. 
Acara pertama adalah makan bersama. Kemudian tampil organ tunggal dan aneka permainan perlombaan rekreatif seperti lomba makan krupuk, tuang tepung, lari kelereng dan kereta balon. 
Acara berlangsung meriah. Semua bergembira. Apalagi Pak Edi Sucipto mengajak para siswa untuk berjoget. Siapa yang goyang paling heboh akan dapat saweran. 
Guru dan karyawan yang membawa anak-anak berenang di pantai yang indah. Sebagian murid cowok bermain bola kaki. Semua menikmati momen yang tak terlupakan ini. 
Akhirnya pada pukul 16.30 seluruh rombongan meninggalkan pantai dengan hati riang. 
Tidak lupa kami mampir di Otak-otak Afung untuk membeli otak -otak daun isi dan kulit yang harum ikannya menggugah selera. 

Jumat, 12 November 2021

Menerbitkan Buku Semakin Mudah di Penerbit Indie


Judul                      : Pelatihan Belajar Menulis PGRI
Pertemuan ke-       : 18
Gelombang             : 21
Tanggal                   :  12 November 2021
Tema                       : Menerbitkan Buku Semakin Mudah di Penerbit Indie
Narasumber           : Raimundus Brian P., S. Pd. 

Kerumunan kecil orang di angkringan
Menyantap sajian bermacam baceman
Sambil meneguk lega aneka minuman
Sungguh nikmatlah  senja kehidupan. 

Malam ini merupakan pertemuan ke 18 Kelas Pelatihan Belajar Menulis PGRI. Yang menjadi moderator kali ini adalah Bu Rosminiyati, S. Pd., rekan seprofesi di sekolah. 
Mengawali pertemuan, Ibu yang enerjik ini mengajak seluruh peserta untuk tersenyum. Karena dengan tersenyum, hati kita akan bahagia, sehingga kita akan merasa nyaman belajar. 
Selanjutnya sang moderator memperkenalkan narasumber, yaitu Bapak Raimundus Brian  Prasetyawan, S. Pd. Beliau lahir di Jakarta 29 tahun yang lalu dan berdomisili di Bekasi. 
Materi yang akan dibahas oleh beliau adalah "Menerbitkan Buku Semakin Mudah di Penerbit indie". Setelah moderator mengajak seluruh peserta berdoa, Pak Raimundus segera menyapa mereka dan menceritakan pengantar singkat. Menurut beliau banyak lulusan pelatihan terdahulu sudah bisa menerbitkan satu, bahkan lebih buku,  baik buku solo maupun antologi. Tak lupa beliau menyampaikan rasa terimakasih pada Om Jay yang telah membuat wadah pelatihan menulis bagi para guru se-Indonesia. 
Mengapa materi ini perlu dibahas, itu tak lain karena salah satu syarat untuk lulus pelatihan ini adalah setiap peserta harus menerbitkan 1 buku solo. 

Sekarang ini, berkat kehadiran penerbit indie, kita bisa menerbitkan buku kita dengan mudah. Hal ini disebabkan penerbit indie melayani penerbitan buku tanpa seleksi. 
Dahulu ketika penerbit indie belum hadir seperti sekarang, kita hanya tahu bahwa penerbit buku yang ada itu hanya penerbit mayor seperti Gramedia, Erlangga, Grasindo, Elex media, Andi, dll. 

Tahap seleksi naskah menjadi tantangan untuk bisa menembus penerbit mayor. Penulis harus berjuang hingga bisa diterima oleh penerbit tsb. Jika naskah ditolak, dia harus mencoba mencari penerbit lain  sampai dia menemukan penerbit yang mau menerima naskahnya
Ketika naskah diterima pun proses penerbitannya sangat lama. 1 tahun saja termasuk cepat.
Nah, dengan kehadiran penerbit indie, proses penerbitan menjadi lebih mudah dan cepat, walaupun tentu ada ongkos yang harus kita keluarkan. 
Lebih lanjut Pak Raimundus mengungkapkan misinya yaitu membantu memberi jalan para peserta pelatihan untuk menemukan penerbit indie yang berkualitas baik dengan harga terjangkau. Yang sudah berjalan selama ini adalah penerbitan buku paket hemat. 

Adapun tahapan untuk paket hemat tsb adalah sbb:
Tahap di paket hemat:
naskah + bukti transfer dikirim ke beliau (Pak Ray) => penerbit membuat cover => penulis melihat hasil desain cover dan menyetujuinya atau perlu revisi (boleh revisi 1x) => penerbit mengirimkan PDF naskah => penulis memeriksa dan merevisi jika diperlukan => Jika cover dan pdf naskah sudah fix, naskah dicetak => buku selesai dicetak dan dikirim oleh penerbit =>pembayaran ongkir dilakukan setelah buku diterima penulis. 

Selain itu, Pak Ray juga sudah menjalin kerjasama dengan penerbit dari Malang, yaitu penerbitan lengkap. 
Untuk tahapan penerbitan lengkap adalah sbb:
naskah dikirim ke beliau => penerbit membuat cover => penulis melihat hasil desain cover dan menyetujuinya atau perlu revisi (boleh revisi 1x) => ika cover sudah fix, naskah dicetak => buku selesai dicetak dan dikirim oleh penerbit => buku diterima penulis => penulis diberikan tagihan total biaya => penulis membayar total biaya

Memang ada konsekuensi kalau kita menerbitkan buku di penerbit indie, yaitu pemasaran buku yang telah terbit itu bukan menjadi tanggungjawab penerbit tsb. 
Setelah selesai pemaparan materi, kegiatan dilanjutkan dengan tanya jawab. Menanggapi pertanyaan dari Bu Susan, bisakah kita membuat buku solo dari resume selama pelatihan menulis sementara materinya sama, beliau menjawab: 'Bisa! '. Karena setiap orang punya gaya menulis yang berbeda, sehingga walaupun materinya sama, akan diungkapkan dengan gaya yang beragam sesuai keunikan setiap orang. Kita juga bisa memasukkan puisi dan pantun di buku tsb, tapi hanya sekedar pelengkap saja. 
Ada pertanyaan lain yang bagi saya pribadi cukup menggelitik, yaitu pertanyaan dari Elis di Bandung. "Apakah menerbitkan buku di penerbit indie itu bisa menguntungkan secara materi, ataukah hanya sekedar untuk kepuasan bahwa kita sudah menerbitkan buku? " Pak Ray menjawab bahwa itu tergantung kita. Kalau kita ingin mendapatkan keuntungan dari penerbitan buku itu, kita harus menjualnya di atas harga cetak dan dengan tekun mempromosikan dan  memasarkan buku tersebut lewat berbagai media. 
Hal yang menggembirakan bagi para guru ASN, bahwa buku solo hasil resume yang mereka terbitkan bisa dilampirkan untuk kenaikan pangkat. 

Akhirnya sebagai penutup kegiatan pertemuan ini, Pak Raimundus memberikan closing statement sbb: 
Semoga materi yang disampaikan dapat membukakan jalan kepada para peserta pelatihan terhadap akses penerbitan buku yang mudah dan tidak mahal . Dan semoga setelah pelatihan ini, mereka bisa langsung melanjutkan menerbitkan buku. 


MGMP luar biasaa

Hari Rabu, 10 November 2021 terhampar di meja kerja saya di kantor surat tugas dari sekolah untuk mengikuti pertemuan MGMP Bahasa Inggris SMK Kota Pangkalpinang Tahun 2021. Dengan senang hati saya berencana untuk datang ke kegiatan tsb. Apalagi denger Bu Chandra bilang kita akan makan bakso 😀😀, langsung ngebayangin enaknya menyantap semangkok bakso hangat. 
Namun, apadaya, saya ada tugas lain yang diminta oleh PGRI Kota untuk hadir pada acara technical meeting lomba solo vocal untuk para guru di aula SMKN 2 pada jam 8 sampai selesai. 
Jadi dengan berat hati, saya tetap stay di sekolah, sementara Bu Ros dkk pergi ke SMKN 1 untuk menghadiri acara tsb. 
Selama acara technical meeting itu HP saya saya pasang mode pesawat, karena HP tsb saya gunakan untuk memutar musik pengiring bagi para kontestan lomba yang hadir untuk ambil nada. Sehingga ketika Pak Dida menyuruh saya untuk mengisi formulir tentang pemilihan ketua MGMP Bahasa Inggris, saya nggak sempat mengikuti proses tsb. 
Jadi, anyway, ketika acara technical meeting selesai sekitar jam 11.37, saya membuka WA group MGMP, ternyata ketua baru MGMP Bahasa Inggris sudah terpilih secara definitif, yaitu Bu Nur Azizah, M. Pd. Selamat pada beliau yang merelakan diri untuk mengomandoi kami semua, para guru Bahasa Inggris SMK se-Kota Pangkalpinang. Mudah-mudahan MGMP kita akan semakin berkembang dan mampu memberikan sumbangsih yang berguna bagi dunia pendidikan kota seribu senyuman ini. Terima kasih juga untuk Uni Chandra atas dedikasi dan kerja keras beliau selama menjabat sebagai Ketua MGMP periode sebelumnya. 🙏

Selasa, 09 November 2021

Konsep Buku Non Fiksi

 



Judul                           : Pelatihan Belajar Menulis PGRI
Pertemuan ke -           : 15
Gelombang                 : 21
Tanggal                       : 5 November 2021
Tema                           : Konsep Buku Non Fiksi
Narasumber                 : Musiin, M.Pd.


Bergulat melawan kerapuhan raga
Demi komitmen semula 
terpateri di dada
tertatih merangkai kata

Tak terasa malam ini kita semua sudah menempuh  separuh lebih dari tujuan yang kita tuju. Pada pertemuan ke-15 ini, yang menjadi moderator adalah seorang pendidik yang cantik, yaitu Ms. Phia..Sedangkan narasumber yang dihadirkan adalah seorang pengajar yang mempunyai banyak prestasi dan pengalaman . Beliau adalah Bu Musiin, M.Pd. Beliau yang lahir di Kediri ini, ingin membagikan ilmunya kepada para peserta belajar menulis yang antusias mengikuti  presentasi setiap narasumber dengan beragam tema.

Tema yang diangkat pada perjumpaan kali ini adalah Konsep Buku Non Fiksi. 

Sebelum menyampaikan materi, beliau yang memulai pengalaman mengajar menjadi dosen di STKIP PGRI pada tahun 1994 ini menceritakan pengalamannya bagaimana beliau berhasil menaklukkan tantangan yang diberikan oleh Prof. Eko untuk menerbitkan sebuah buku, yang sekaranga buku tsb dipajang di TB Gramedia dan dijual secara online. 





Selain itu, ada sebuah buku yang menurut beliau layak menjadi acuan untuk penulis pemula. Karena di dalam buku itu diceritakan oleh si penulis bahwa di dalam diri kita, kita semua memiliki buku, namun buku itu belum dilahirkan. Untuk dapat lahir, dibutuhkan sebuah proses panjang yang membutuhkan perjuangan, kerja keras, kesabaran, keuletan, keteguhan  dan komitmen.



Dalam penulisan buku non fiksi, seperti yang dipaparkan oleh Bu Musiin, yang menempuh pendidikan S1 nya di IKIP Negeri Malang, ada 3 pola, yaitu:

1.            Pola Hierarkis (Buku disusun berdasarkan tahapan dari mudah ke sulit atau dari sederhana ke rumit)

Contoh: Buku Pelajaran

2.            Pola Prosedural (Buku disusun berdasarkan urutan proses.

Contoh: Buku Panduan

3.            Pola Klaster (Buku disusun secara poin per poin atau butir per butir. Pola ini diterapkan  pada buku-buku kumpulan tulisan atau kumpulan bab yang dalam hal ini antarbab setara)

Selanjutnya, sang narasumber yang memperoleh gelar M.Pd.nya di Universitas NegeriI Surabaya ini: menyampaikan bahwa proses penulisan buku terdiri dari 5  langkah, yakni

1.            Pratulis

Ada 9 hal yang harus dilakukan dalam kegiatan pratulis ini, yaitu:

    Menentukan tema

Tema yang kita pilih tentunya suatu tema yang sudah kita kuasai dan yang menjadi passion kita., misalnya tema tentang: pendidikan, parenting, motivasi, dll

☝     Menemukan ide

Suatu ide bisa kita dapatkan dari pengalaman pribadi, pengalaman orang lain, berita di media massa,   status Facebook/Twitter/Whatsapp/Instagram, imajinasi, mengamati lingkungan, perenungan.    membaca buku, merencanakan jenis tulisan, mengumpulkan bahan tulisan, bertukar pikiran,          menyusun daftar, meriset, membuat Mind Mapping, menyusun kerangka, menulis draf dan merevisi draf, menyunting naskah, dan menerbitkan.

☝   Merencanakan jenis tulisan

☝   Mengumpulkan bahan tulisan

☝   Bertukar pikiran

☝   Menyusun daftar

☝   Meriset

☝   Membuat Mind Mapping

☝   Menyusun kerangka

berikut ini adalah contoh kerangka buku yang dibuat oleh Ibu Musiin untuk buku beliau "Literasi Digital Nusantara. Meningkatkan Daya Saing Generasi Muda melalui Literasi"

BAB 1 Penggunaan Internet Di Indonesia

A.            Pembagian Generasi Pengguna Internet

B.            Karakteristik Generasi Dalam Berinternet

BAB 2 Media Sosial

A.            Media Sosial

B.            UU ITE

C.            Kejahatan di Media Sosial

BAB 3 Literasi Digital

A.            Pengertian

B.            Elemen

C.            Pengembangan

D.            Kerangka Literasi Digital

E.            Level Kompetensi Literasi Digital

F.            Manfaat

G.           Penerapan Literasi Digital Pada Lintas Geerasi

H.            Kewargaan Digital

BAB 4 Ekosistem Literasi Digital Di Nusantara

A.            Keluarga

B.            Sekolah

C.            Masyarakat

BAB 5 Literasi Digital Untuk Membangun Digital Mindset Warganet +62

A.            Perkembangan Gerakan Literasi Digital Di Indonesia

B.            Literasi Digital Tanpa Digital Mindset Di Indonesia

C.            Membangun Digital Mindset Warganet +62

Selanjutnya, beliau menyampaikan bagaimana anatomi buku non fiksi, seperti berikut:

Anotomi Buku

1.            Halaman Judul

2.            Halaman Persembahan (OPSIONAL)

3.            Halaman Daftar Isi

4.            Halaman Kata Pengantar (OPSIONAL, minta kepada tokoh yang berpengaruh)

5.            Halaman Prakata

6.            Halaman Ucapan Terima Kasih (OPSIONAL)

7.            Bagian /Bab

8.            Halaman Lampiran (OPSIONAL)

9.            Halaman Glosarium

10.          Halaman Daftar Pustaka

11.          Halaman Indeks

12.          Halaman Tentang Penulis

2. Menulis Draf                                                                             

- Menuangkan konsep tulisan ke tulisan dengan prinsip bebas

- Tidak mementingkan kesempurnaan, tetapi lebih pada bagaimana ide dituliskan

3. Merevisi Draf

- Merevisi sistematika/struktur tulisan dan penyajian

- Memeriksa gambaran besar dari naskah

4. Menyunting Naskah

Gunakan KBBI dan PUEBI untuk menyunting ejaan, tata bahasa, diksi. Kita juga perlu menyunting data dan fakta serta legalitas dan norma.

5. Menerbitkan


Di sesi pertanyaatanya jawab, menjawab  pertanyaan tentang bagaimana mencari dan memastikan sumber informasi yang valid dijaman sekrang untuk bisa dimuat dalam tulisan nonfiksi, beliau menerangkan bahwa Tentu kita tidak boleh begitu saja mempercayai suatu sumber. Salah satu cara untuk mengenali apakah informasi itu valid dengan memverifikasi sumber berita.Kita bisa mengenali apakah sumber berita tersebuat hoax atau fakta dengan berbagai aplikasi.Aplikasi plagiarism checker bisa mendeteksi apakah tulisan tersebut copy paste dari tulisan orang lain.Google image juga sangat membantu kita mengetahui kebenaran suatu sumber dengan cara copy gambar dari berita dan kita cari di google pencarian gambar.

Sebagai closing statement, beliau mengatakan: "Di tiap chapter hidup kita selalu ada momentum yang tidak akan terulang. Dengan masuk di kelas menulis Om Jay adalah momentum untuk memulai menulis. Pertanyaannya KAPAN LAGI? Atau TIDAK SAMA SEKALI."

Bakti Sosial PS Stella Maris ke Air Semut

Hari Minggu, 14 November 2021, 11 anggota Paduan Suara Stella Maris Keuskupan Pangkalpinang mengadakan kunjungan bakti sosial ke Stasi Santo...