Jumat, 12 November 2021

Menerbitkan Buku Semakin Mudah di Penerbit Indie


Judul                      : Pelatihan Belajar Menulis PGRI
Pertemuan ke-       : 18
Gelombang             : 21
Tanggal                   :  12 November 2021
Tema                       : Menerbitkan Buku Semakin Mudah di Penerbit Indie
Narasumber           : Raimundus Brian P., S. Pd. 

Kerumunan kecil orang di angkringan
Menyantap sajian bermacam baceman
Sambil meneguk lega aneka minuman
Sungguh nikmatlah  senja kehidupan. 

Malam ini merupakan pertemuan ke 18 Kelas Pelatihan Belajar Menulis PGRI. Yang menjadi moderator kali ini adalah Bu Rosminiyati, S. Pd., rekan seprofesi di sekolah. 
Mengawali pertemuan, Ibu yang enerjik ini mengajak seluruh peserta untuk tersenyum. Karena dengan tersenyum, hati kita akan bahagia, sehingga kita akan merasa nyaman belajar. 
Selanjutnya sang moderator memperkenalkan narasumber, yaitu Bapak Raimundus Brian  Prasetyawan, S. Pd. Beliau lahir di Jakarta 29 tahun yang lalu dan berdomisili di Bekasi. 
Materi yang akan dibahas oleh beliau adalah "Menerbitkan Buku Semakin Mudah di Penerbit indie". Setelah moderator mengajak seluruh peserta berdoa, Pak Raimundus segera menyapa mereka dan menceritakan pengantar singkat. Menurut beliau banyak lulusan pelatihan terdahulu sudah bisa menerbitkan satu, bahkan lebih buku,  baik buku solo maupun antologi. Tak lupa beliau menyampaikan rasa terimakasih pada Om Jay yang telah membuat wadah pelatihan menulis bagi para guru se-Indonesia. 
Mengapa materi ini perlu dibahas, itu tak lain karena salah satu syarat untuk lulus pelatihan ini adalah setiap peserta harus menerbitkan 1 buku solo. 

Sekarang ini, berkat kehadiran penerbit indie, kita bisa menerbitkan buku kita dengan mudah. Hal ini disebabkan penerbit indie melayani penerbitan buku tanpa seleksi. 
Dahulu ketika penerbit indie belum hadir seperti sekarang, kita hanya tahu bahwa penerbit buku yang ada itu hanya penerbit mayor seperti Gramedia, Erlangga, Grasindo, Elex media, Andi, dll. 

Tahap seleksi naskah menjadi tantangan untuk bisa menembus penerbit mayor. Penulis harus berjuang hingga bisa diterima oleh penerbit tsb. Jika naskah ditolak, dia harus mencoba mencari penerbit lain  sampai dia menemukan penerbit yang mau menerima naskahnya
Ketika naskah diterima pun proses penerbitannya sangat lama. 1 tahun saja termasuk cepat.
Nah, dengan kehadiran penerbit indie, proses penerbitan menjadi lebih mudah dan cepat, walaupun tentu ada ongkos yang harus kita keluarkan. 
Lebih lanjut Pak Raimundus mengungkapkan misinya yaitu membantu memberi jalan para peserta pelatihan untuk menemukan penerbit indie yang berkualitas baik dengan harga terjangkau. Yang sudah berjalan selama ini adalah penerbitan buku paket hemat. 

Adapun tahapan untuk paket hemat tsb adalah sbb:
Tahap di paket hemat:
naskah + bukti transfer dikirim ke beliau (Pak Ray) => penerbit membuat cover => penulis melihat hasil desain cover dan menyetujuinya atau perlu revisi (boleh revisi 1x) => penerbit mengirimkan PDF naskah => penulis memeriksa dan merevisi jika diperlukan => Jika cover dan pdf naskah sudah fix, naskah dicetak => buku selesai dicetak dan dikirim oleh penerbit =>pembayaran ongkir dilakukan setelah buku diterima penulis. 

Selain itu, Pak Ray juga sudah menjalin kerjasama dengan penerbit dari Malang, yaitu penerbitan lengkap. 
Untuk tahapan penerbitan lengkap adalah sbb:
naskah dikirim ke beliau => penerbit membuat cover => penulis melihat hasil desain cover dan menyetujuinya atau perlu revisi (boleh revisi 1x) => ika cover sudah fix, naskah dicetak => buku selesai dicetak dan dikirim oleh penerbit => buku diterima penulis => penulis diberikan tagihan total biaya => penulis membayar total biaya

Memang ada konsekuensi kalau kita menerbitkan buku di penerbit indie, yaitu pemasaran buku yang telah terbit itu bukan menjadi tanggungjawab penerbit tsb. 
Setelah selesai pemaparan materi, kegiatan dilanjutkan dengan tanya jawab. Menanggapi pertanyaan dari Bu Susan, bisakah kita membuat buku solo dari resume selama pelatihan menulis sementara materinya sama, beliau menjawab: 'Bisa! '. Karena setiap orang punya gaya menulis yang berbeda, sehingga walaupun materinya sama, akan diungkapkan dengan gaya yang beragam sesuai keunikan setiap orang. Kita juga bisa memasukkan puisi dan pantun di buku tsb, tapi hanya sekedar pelengkap saja. 
Ada pertanyaan lain yang bagi saya pribadi cukup menggelitik, yaitu pertanyaan dari Elis di Bandung. "Apakah menerbitkan buku di penerbit indie itu bisa menguntungkan secara materi, ataukah hanya sekedar untuk kepuasan bahwa kita sudah menerbitkan buku? " Pak Ray menjawab bahwa itu tergantung kita. Kalau kita ingin mendapatkan keuntungan dari penerbitan buku itu, kita harus menjualnya di atas harga cetak dan dengan tekun mempromosikan dan  memasarkan buku tersebut lewat berbagai media. 
Hal yang menggembirakan bagi para guru ASN, bahwa buku solo hasil resume yang mereka terbitkan bisa dilampirkan untuk kenaikan pangkat. 

Akhirnya sebagai penutup kegiatan pertemuan ini, Pak Raimundus memberikan closing statement sbb: 
Semoga materi yang disampaikan dapat membukakan jalan kepada para peserta pelatihan terhadap akses penerbitan buku yang mudah dan tidak mahal . Dan semoga setelah pelatihan ini, mereka bisa langsung melanjutkan menerbitkan buku. 


7 komentar:

Bakti Sosial PS Stella Maris ke Air Semut

Hari Minggu, 14 November 2021, 11 anggota Paduan Suara Stella Maris Keuskupan Pangkalpinang mengadakan kunjungan bakti sosial ke Stasi Santo...